Interaksi Sosial "Dinamika Kelompok"
Sabtu, 22 Juni 2013 @ 21.38 | 0 Comment [s]
A.
PROSES INTERAKSI SOSIAL
Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan social suatu masyarakat. Dalam
rangka terjadinya suatu interaksi sosial, ada beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan. Menurut J.B. Chitambar (dalam Sajogyo, 1978) ada empat aspek yang
perlu diperhatikan, yaitu:
·
Aspek
kontak social
Aspek kontak sosial
dalam interaksi sosial adalah apabila dalam suatu pertemuan terjadi kontak
sosial dimana orang yang kontak ada tanggapan timbal balik dan penyesuaian
perilaku dalam diri pihak yang berkontak terhadap tindakan lain. Dalam hal ini,
kontak social sebagain proses terdiri dari dua sifat yaitu :
o
Primer
Sifat kontak primer,
yaitu kontak terjadi langsung berhadapan muka. Pada umumnya kontak primer
sering terjadi dilingkungan kecil, didalamnya saling mengenal secara erat dalam
pergaulan sehari-hari, dalam kontak primer pembicaraan berkaitan erat dengan
hubungan kekeluargaan atau tetangga dekat, misalnya kehidupan di pedesaan.
o
Sekunder
Sifat kontak sekunder
yaitu sepintas lalu, bukan dalam rangka hubungan pribadi dan kurang kuat,
terjadi dilingkungan yang lebih besar dan tersebar luas, misalnya diperkotaan.
Di kota-kota, ada organisasiorganisasi besar dan khusus berfungsi untuk
mempersatukan orang-orang yang bertempat tinggal tersebar, sehingga dapat menyalurkan
kontakkontak sosial diantara mereka.
·
Aspek
komunikasi
komunikasi merupakan
bagian yang penting. Komunikasi berarti segala upaya untuk menyampaikan amanat
dari pemberi kepada penerima agar diterima dengan baik, dengan cara lisan atau
tulisan (Sajogyo,1978). Arti yang terpenting dari komunikasi adalah bahwa
seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (berwujud pembicaraan,
gerakan badan, atau sikap), serta perasaanperasaan yang ingin disampaikan orang
lain. Dalam proses komunikasi ada tiga simbol yang perlu mendapat perhatian,
yaitu:
o
Simbol-simbol itu diciptakan oleh
manusia.
o
Simbol-simbol mempunyai nilai
komunikatif yang hanya berarti jika pesan dan penerima mempunyai
penafsiran-penafsiran yang serupa dan telah disetujui sebelumnya.
o
Simbol-simbol itu dihasilkan dengan
mengingat situasi dan struktur, dimana pihak-pihak yang memberikan penafsiran
mempunyai atau dianggap mempunyai kepentingan bersama.
Komunikasi sebagai proses dalam interaksi sosial
mempunyai dua ciri, yaitu:
o
Proses primer
Proses komunikasi
primer berlaku secara langsung dengan menggunakan bahasa, gerakan yang diberi
arti khusus, aba-aba, dan sebagainya.
o
Proses sekunder
o
Proses komunikasi sekunder berlaku
dengan menggunakan alat, seperti media masa, radio, televisi, dan sebagainya
agar dapat melipat gandakan jumlah penerima amanat, yang berarti pula mengatasi
hambatan-hambatan geografis dan waktu.
·
Aspek
struktur social
Struktur sosial mempengaruhi
interaksi sosial, misalnya struktur pedesaan atau perkotaan, masing-masing
punya nilai dan norma social yang berbeda yang didasari nilai-nilai yang
menentukan perilaku masyarakatnya selama interaksi berlangsung yang memperinci
aturan permainan di dalam struktur itu.
B.
FAKTOR DASAR TERBENTUKNYA INTERAKSI SOSIAL
Proses
interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi,
sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.
·
Imitasi
Faktor imitasi
berlangsung apabila seseorang memberikan suatu pandangan. Sisi positif dari
suatu imitasi adalah dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku. Sisi negatif dari imitasi adalah tindakan-tindakan
yang menyimpang yang ditiru atau imitasi dapat melemahkan pengembangan kreasi
seseorang.
·
Sugesti
Faktor sugesti berlangsung
apabila seseorang memberikan suatu pandangan atau sikap yang berasal dari
dirinya, kemudian diterima oleh pihak lain. Sisi negatif berlangsungnya sugesti
apabila pihak yang menerima dilanda oleh emosi, hal ini akan menghambat daya
piker seseorang secara rasional.
Faktor Motivasi
yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang
diberikan antar masyarakat, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti
tau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis,rasional dan
penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya
diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa,
misalnya dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa.
·
Identifikasi
Faktor identifikasi
merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi sifatnya lebih
mendalam daripada imitasi, oleh karena itu kepribadian seseorang dapat dibentuk
atas dasar proses ini. Proses indentifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya
atau disengaja karena seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam
proses kehidupannya.
·
Simpati
Proses simpati
sebenarnya merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.
Di dalam proses ini perasaan memegang peranan penting walaupun dorongan utama
pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya. Dalam proses identifikasi sesuatu terjadi karena didorong keinginan
untuk belajar dari pihak lain yang kedudukannya lebih tinggi dan harus
dihormati karena mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut
dicontoh, sedangkan dalam proses simpati berkembang kearah pengertian yang
mendalam diantara mereka. Kedua proses ini sama-sama diawali oleh imitasi dan
sugesti.
·
Empati
Empati yaitu
mirip dengan simpati,
akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi
dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam.
Hubungan antara
suatu individu masyarakat dengan relasi - relasi sosial lainnya,menentukan
struktur dari masyarakatnya yang dimana hubungan antar manusia dengan relasi
tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi yang
dapat terjadi di antara keduanya. Hubungan antar manusia atau relasi – relasi
sosial,suatu individu dengan sekumpulan kelompok masyrakat,baik
dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok – kelompok dan
antar kelompok masyarakat itu sendiri,menciptakan segi dinamika dari
sisi perubahan dan perkembangan masyarakat.
Sebelum terbentuk sebagai suatu bentuk konkrit,komunikasi atau hubungan yang
sesuai dengan nilai – nilai sosial di dalam suatu masyarakat,telah
mengalami suatu proses terlebih dahulu yang dimana proses – proses ini
merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri.
Gillin & Gillin mengatakan
bahwa Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat
apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan
terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara
hidup yang telah ada. Berdasarkan sudut inilah komunikasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem di dalam kelompok masyarakat maupun
sebagai sebuh proses sosial.
Adanya hubungan timbal balik dalam
memperngaruhi tiap individu pada saat terjadinya komunikasi dapat
membentuk suatu pengetahuan maupun pengalaman baru yang
dirasakan oleh masing-masing individu. Hal ini membuat kegiatan komunikasi menjadi
suatu dasar yang kuat dalam kehidupan maupun proses sosial seseorang.
Adanya tingkat kesadaran di dalam berkomunikasi di antara warga -warga dalam
kehidupan bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan
sebagai suatu kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem komunikasi. Sistem komunikasi ini
mempunyai lambang – lambang yang diberi arti dan menghasilkan persepsi khusus
dalam memahami lamabang – lambang tersebut oleh masyarakat.
Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu,setiap masyarakat dapat
membentuk kebudayaan berdasarkan sistem komunikasinya
masing-masing.
C. Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk
interaksi sosial merupakan bentuk-bentuk yang tampak apabila seseorang atau
kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya. Adapun
bentuk interaksi sosial dapat merupakan assosiatif atau proses-proses yang
konstruktif mengarah pada kerja sama dan dissosiatif mengarah pada pertentangan
dan berkurangnya rasa solidaritas. Proses assosiatif meliputi bentuk kerja
sama, akomodasi, dan asimilasi. Proses dissosiatif meliputi persaingan dan
konflik atau pertikaian.
1.
Proses Assosiatif dalam Bentuk
Kerja Sama
Kerjasama
merupakan terjemahan dari kata cooperation yaitu bekerja sama dalam
rangka mencapai satu tujuan atau tjuan-tujuan bersama. Dengan bekerja sama
dapat dicapai berbagai kepentingan, baik untuk pribadi maupun untuk kelompok,
atau masyarakat secara keseluruhan.
Kerja
sama ditemukan dimana saja dalam masayarakat manusia dan penting bagi
kelangsungan kehidupan sosial masyarakat. Dalam kerja sama yang penting adalah
hubungan-hubungan yang terjadi antara dua pihak atau lebih dalam rangka
mencapai satu atau beragam tujuan. Beberapa kegiatan kerja sama dalam
masyarakat mungkin direncanakan, tetapi ada juga yang tidak direncanakan karena
diperlukan untuk menangani berbagai keadaan yang dihadapi.
Faktor
yang mendorong terjadinya kerjasama menurut J.B. Chitambar (dalam Sajogyo,1978)
adalah:
a)
Motivasi pribadi, ini berarti
tujuan-tujuan pribadi dihimpun dalam usahausaha bersama untuk mencapainya.
b)
Kepentingan umum. Kepentingan umum atau
kepentingan bersama berdasarkan tujuan yang dianggap bernilai tinggi dapat pula
member motivasi kepada orang-orang atau kelomok-kelompok dan organisasi untuk
bekerja sama.
c)
Motivasi altruistik. Motivasi ini
bersumber dari keinginan seseorang untuk menolong pihak lain kerena panggilan hati,
misalnya kelompok sukarela yang berniat menolong suatu pihak yang memerlukan
bantuan.
d)
Tuntutan situasi. Misalnya karena
musibah banjir, orang-orang tergerak untuk menanggulanginya.
Menurut Soerjono (2003), dalam kerjasama dijumpai
pula berbagai bentuk, yaitu:
1.
Kerja sama spontan, adalah kerja sama
yang serta merta. Kerja sama hasil dari kesetiaan atau ketaatan.
2.
Kerja sama langsung, merupakan hasil
dari perintah atasan atau penguasa.
3.
Kerja sama kontrak, merupakan kerja sama
atas dasar tertentu.
4.
Kerja sama tradisional, sebagai bagian
atau unsur dari sistem sosial, misalnya berdasarkan pembagian fungsi dalam
masyarakat. Selain bentuk kerja sama seperti diatas, ada tipe lain dari kerja
sama yang didasarkan pada perbedaan dalam sikap kelompok dan organisasi, yaitu:
a.
Kerja sama primer. Dimana kelompok dan
perorangan bersatu sehingga hampir semua aspek kehidupan orang perorangan
tercakup dalam kelompok. Contoh kehidupan dalam suatu kelompok paling kecil
yaitu keluarga.
b.
Kerjasama sekunder. Kerja sama demikian
merupakan ciri dari masyarakat kota yang mempunyai tingkat formalitas dan
spesialisasi tinggi dan hanya menyangkut bagian yang terbatas dari kehidupan
seseorang, sikap cenderung lebih individualistis. Contoh terdapat dalam suatu
kantor atau perusahaan, suatu organisasi industri atau pabrik.
c.
Kerja sama tersier. Kerja sama tersier
tidak terjamin kelangsungannya sebab ada pertikaian terpendam yang
menyertainya. Di sini terlibat dua pihak yang saling bertentangan tetapi
melakukan kerja sama untuk menghadapi pihak ketiga. Bilamana pihak ketiga
berhasil dikalahkan, maka kerja sama diantara dua pihak berakhir.
Apabila bentuk interaksi kerja sama ternyata
kuat dan dinilai paling baik oleh suatu masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa
masyarakat itu merupakan suatu masyarakat kooperatif (cooperative society).
Dalam
fakta sosial, di Indonesia wujud kerja sama ini dinamakan dengan istilah gotong
royong yang digambarkan dengan istilah gugur gunung, dan tolong menolong
digambarkan sebagai sambat sinambat. Kegiatan tolong menolong dan gotong
royong mempunyai dasar pada jiwa atau semangat gotong royong orang menunjukkan
perasaan rela terhadap sesama warga dengan sikap yang mengandung pengertian
terhadap kebutuhan bersama antara sesama warga. Dalam gotong royong, kebutuhan
umum dinilai lebih tinggi daripada kebutuhan perorangan, dan bekerja bakti
untuk umum dinilai sebagai sesuatu yang terpuji.
2.
Proses Asossosiatif Dalam Bentuk
Akomodasi
Akomodasi
merupakan suatu penyelesaian dalam pertikaian yang dapat diselesaikan oleh
kedua belah pihak. Pengertian akomodasi adalah suatu keadaan keseimbangan atau
usaha-usaha untuk mengakhiri pertikaian secara permanen atau sementara diantara
pihak-pihak yang bertikai, paling sedikit dalam hal-hal yang disepakati.
Akomodasi
terdiri dari dua aspek, yaitu akomodasi sebagai proses interaksi sosial dan
akomodasi sebagai hasil dari interaksi sosial. Akomodasi sebagai suatu proses
menunjuk pada usaha-usaha perseorangan atau kelompok untuk meredakan suatu
pertentangan dalam rangka mencapai kestabilan atau kelangsungan hubungan antar
kelompok. Tujuannya agar dapat menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
rusaknya keutuhan masyarakat atau putusnya hubungan kerja sama yang telah
dibina selama itu.
Akomodasi
sebagai hasil interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana terdapat
keseimbangan baru setelah pihak-pihak yang bertikai berbaikan kembali. Dalam
kondisi seperti ini, berkembang perjanjian-perjanijian atau kerja sama yang
sifatnya sementara diantara orangperorangan atau kelompok dalam masyarakat.
Sebagai
contoh, program transmigarsi telah memindahkan suatu kelompok baru ke suatu
daerah baru yang sudah ada penghuninya atau masyarakatnya, dalam proses sosial
terjadi suatu pertikaian antara pendatang dengan penduduk asli karena ada
perbedaan adat dan budaya diantara mereka. Secara lambat laun pertikaian ini
dapat diatasi, maka tercapailah suatu bentuk akomodasi yang dapat dijadikan
dasar untuk bekerja sama. Akomodasi dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu:
1.
Kompromi, pihak-pihak yang bertikai
bersepakat untuk membuat konsensus, ada unsur memberi dan menerima sehingga
memuaskan berbagai pihak yang bertikai
2.
Konversi, Salah satu pihak dalam dalam
akomodasi menerima dan mengikutri pandangan-pandangan pihak lain.
3.
Toleransi, pihak-pihak yang berinteraksi
memberikan persetujuan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak disetujui.
4.
Arbitrasi, apabila pihak yang berselisih
tidak dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada diantara mereka, mereka
menunjuk pihak ketiga sebagai penengah yang dapat dipercaya dan mampu memberi
pertimbangan bagi kedua belah pihak.
5.
Gencatan, suatu persetujuan untuk
mengakhiri suatu pertikaian dalam periode waktu yang terbatas atau tidak
terbatas dalam rangka menemukan pemecahan permasalahan pertikaian.
6.
Subordinasi dan superordinasi, adalah bentuk
akomodasi dimana muncul pihak pemenang (super) dan yang kalah (sub) pada saat
berakhir pertikaian.
7.
Pengalihan ketegangan, dapat mengalihkan
pertikaian disatu bidang ke bidang lainnya.
8.
Pelembagaan, dalam struktur masyarakat
ada alat-alat yang telah melembaga seperti lembaga adat, untuk menghilangkan
ketegangan dan memberikan solusi kerja sama.
3.
Proses Assosiatif dalam Bentuk
Asimilasi
Asimilasi
merupakan proses penyesuaian dimana perbedaan-perbedaan kebudayaan tidak muncul
lagi dan orang-orang sebagai perseorangan atau sebagai kelompok yang semula
tidak seragam menjadi seragam.
Proses
asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walaupun kadang
kala bersikap emosional dengan tujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit
mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan sosial. Proses
asimilasi timbul apabila ada:
1.
Kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya.
2.
Orang perseorangan sebagai warga
kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu lama.
3.
Kebudayan-kebudayaan dari kelompok
manusia, masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
4.
Proses Dissosiatif dalam Bentuk
Persaingan
Persaingan
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kolompok
manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang
pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan (Soerjono,2003). Pengertian persaingan
menurut Sojogyo (1978) adalah merupakan bentuk interaksi sosial dimana dua
orang atau lebih maupun dua kelompok atau lebih berjuang dan bersaing satu sama
lain untuk memiliki atau mempergunakan barang-barang yang berbentuk meterial
atau non material.
Persaingan
merupakan suatu proses sosial. Sebagai suatu proses sosial, maka persaingan
mempunyai fungsi yang khusus dalam masyarakat, misalnya dalam mendistribusikan
barang yang terbatas sedangkan permintaan dari masyarakat banyak, sebagai alat
pendorong baik bagi perorangan maupun keompok dalam meningkatkan usaha atau
produktivitas dalam pertanian atau industri, dan sebagainya.
Suatu
masyarakat dikatakan bersifat kompetitif apabila masyarakat itu menjalankan
dengan nyata dan merata bentuk bentuk interaksi yang mengandung unsur
persaingan, contoh masyarakat di negara maju ataum perkotaan sudah bersifat
kompetitif. Bentuk persaingan antara lain:
1.
Persaingan ekonomi
2.
Persaingan kebudayaan
3.
Persaingan kedudukan dan peranan
4.
Persaingan ras.
5.
Proses Dissosiatif dalam Bentuk
Konflik
Persaingan
berubah menjadi konflik atau pertikaian apabila pihakpihak yang bersaing tidak
lagi mengarahkan usaha-usahanya untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam
mencapai tujuan, masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan pihak
lawan. Di sisi lain, pertikaian tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi juga
positif, contohnya dalam suatu forum seminar, simposium, atau diplomasi, karena
dalam forum-forum tersebut akan ada suatu penyaluran untuk memperjelas suatu
persoalan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pertikaian dalam kelompok
mungkin juga akan membantu menghidupkan kembali normanorma sosial lama agar
tetap bertahan dalam perkembangan normanorma masyarakat baru.
Persaingan
dengan pertikaian atau konflik sukar untuk dibedakan karena kedua bentuk proses
sosial tersebut merupakan kesinambungan, persaingan yang bersifat positif
cenderung dinamakan kompetitif sedangkan persaingan yang berkonotasi negatif
mengarah ke terjadinya suatu konflik, perbedaannya terletak pada titik
perhatian dan mencapai tujuan. Bentuk pertikaian antara lain:
a.
Pertikaian pribadi.
b.
Pertikaian sosial.
c.
Pertikaian kelas sosial.
d.
Pertikaian politik.
e.
Pertikaian antar golongan masyarakat.
Bentuk
pokok interaksi sosial, yaitu assosiasi yang terdiri dari kerja sama, akomodasi
dan asimilasi serta dissosiasi yang terdiri dari persaingan dan konflik bukan
merupakan suatu kesinambungan dalam arti bahwa interaksi sosial harus dimulai
dengan kerja sama, kemudian persaingan, serta memuncak pada konflik atau
pertikaian, diakhiri dengan suatu akomodasi. Dalam fakta sosial, bentuk
interaksi sosial seperti kerja sama, persaingan, dan konflik ada salah satu
yang dianggap dominan dalam suatu masyarakat tapi tidak untuk masyarakat
lainnya, apabila didasarkan pada rasional akan berdampak positif. Di sisi lain,
apablia bentuk interaksi sosial seperti kerja sama, persaingan, dan pertikaian
didasarkan pada emosional atau sentimen maka akan berdampak negatif.
|
Princess :)
Tagboard :)
Put your Cbox here :) Round of applause :)
Background : SRH Header : Jiba Edit by : You :) |